
Jakarta, – Ketegangan antara dua negara bertetangga pemilik senjata nuklir, India dan Pakistan, dilaporkan semakin memuncak. Menyusul serangan yang dilancarkan India ke beberapa lokasi di wilayah Pakistan pada Rabu (7/5/2025), Pakistan kini dilaporkan telah melancarkan serangan balasan yang sengit ke arah India. Aksi saling serang ini, yang melibatkan baku tembak di perbatasan, peluncuran drone, dan rudal ke wilayah udara masing-masing, telah memicu kekhawatiran global akan eskalasi konflik yang lebih luas di kawasan Asia Selatan.
Laporan Deutsche Welle (DW) pada Jumat (9/5/2025) menyebutkan bahwa pertempuran antara kedua “musuh bebuyutan” ini terus berlanjut dan memanas. India sebelumnya mengklaim serangannya pada hari Rabu tersebut menargetkan “kamp-kamp teroris” di Pakistan sebagai balasan atas serangan mematikan yang terjadi di wilayah Kashmir yang dikelola India pada bulan April. New Delhi menuding ada keterlibatan Pakistan dalam serangan di Kashmir tersebut, sebuah tuduhan yang telah dibantah keras oleh Islamabad.
Pakistan, yang bersumpah akan membalas setiap agresi India, kini dilaporkan telah merealisasikan ancamannya. Meskipun detail spesifik mengenai lokasi dan dampak dari “serangan sengit” terbaru Pakistan ke wilayah India belum diungkapkan secara rinci dalam laporan DW yang dilansir detikNews, konfirmasi mengenai adanya aksi saling serang yang intens telah memperdalam krisis. Laporan sebelumnya dari media lain (Kompas.com, 7 Mei) sempat menyebutkan adanya serangan artileri dari Pakistan ke wilayah India yang menyebabkan korban jiwa.
Saling Tuduh dan Siklus Kekerasan Berlanjut
Pemerintah Pakistan di Islamabad secara konsisten membantah tuduhan India terkait keterlibatan dalam serangan-serangan sebelumnya di Pathankot (Punjab), Srinagar (Lembah Kashmir), dan Jaisalmer (Rajasthan). Pakistan menyebut tuduhan tersebut “tidak berdasar” dan “bermotivasi politik”. Bantahan ini memberikan konteks bahwa setiap tindakan ofensif dari pihak Pakistan kemungkinan akan dibingkai sebagai respons defensif atau balasan yang sah terhadap provokasi atau agresi dari India.
Situasi di perbatasan dilaporkan sangat tegang. Seorang saksi mata di wilayah perbatasan, kemungkinan di Kashmir yang dikelola Pakistan dan terdampak serangan India sebelumnya, menggambarkan suasana mencekam akibat pertempuran. “Selama dua hingga tiga menit, suara itu (ledakan) begitu keras, jendela-jendela bergetar seolah akan pecah,” katanya. Saksi tersebut menambahkan bahwa udara menjadi “kabur” setelah serangan, tercampur antara asap dan kabut tebal, menandakan intensitas dari baku tembak atau serangan artileri/rudal.
Dalam beberapa hari terakhir, kedua pihak telah saling klaim keberhasilan militer. Pakistan mengklaim telah menembak jatuh sejumlah jet tempur dan puluhan drone India yang memasuki wilayah udaranya. Sebaliknya, India juga mengklaim telah berhasil menghancurkan target-target yang mereka sebut sebagai infrastruktur teroris di wilayah Pakistan. Korban jiwa dari kedua belah pihak dilaporkan terus bertambah, dengan DW menyebut hampir empat puluh korban jiwa secara total dalam beberapa hari terakhir pertempuran.
Menariknya, di tengah laporan mengenai serangan balasan Pakistan, muncul pula informasi dari pihak Pakistan yang menuduh India melakukan manipulasi berita terkait konflik ini. Sebuah laporan video dari detikNews pada Jumat (9/5) menyebutkan bahwa Pakistan membantah klaim India yang menyatakan Pakistan telah menyerang 15 titik di wilayah India, dengan argumen bahwa setiap serangan seharusnya memiliki jejak digital yang dapat diverifikasi.
Akar Konflik dan Kekhawatiran Internasional
Perseteruan antara India dan Pakistan telah berlangsung selama beberapa dekade, dengan sengketa wilayah Kashmir sebagai salah satu isu sentral yang tak kunjung usai sejak kedua negara merdeka dari penjajahan Inggris pada tahun 1947. Wilayah ini terbagi dua dan dikelola oleh masing-masing negara, namun keduanya mengklaim Kashmir secara keseluruhan. Garis Kontrol (Line of Control) yang memisahkan kedua wilayah kerap menjadi lokasi baku tembak dan pelanggaran gencatan senjata.
Eskalasi terbaru ini kembali menarik perhatian dunia internasional. Meskipun belum ada langkah konkret dari kekuatan global yang dilaporkan dapat segera meredakan situasi, komentar dari tokoh seperti mantan Presiden AS Donald Trump yang dikutip DW, “Namun, kami tak dapat mengendalikan negara-negara ini,” mengisyaratkan adanya keterbatasan pengaruh eksternal dalam mendinginkan konflik yang sudah mengakar ini.
Komunitas internasional umumnya menyerukan kedua belah pihak untuk menahan diri, menghindari eskalasi lebih lanjut, dan menyelesaikan perbedaan melalui jalur dialog. Dampak kemanusiaan dari konflik ini sangat mengkhawatirkan, terutama bagi warga sipil yang tinggal di wilayah perbatasan yang menjadi korban langsung dari aksi saling serang. Dunia berharap agar India dan Pakistan dapat segera kembali ke meja perundingan untuk mencegah terjadinya konflik terbuka yang lebih besar dan merusak di kawasan tersebut.